Inilah Jenis Infeksi yang Menyebabkan Penyakit

Inilah Jenis Infeksi yang Menyebabkan Penyakit

Inilah Jenis Infeksi yang Menyebabkan Penyakit – Salah satu penyakit yang banyak terjadi di Indonesia adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Meski beberapa penyakit akibat bakteri tergolong ringan dan bisa sembuh dengan sendirinya, sejumlah infeksi bakteri lainnya membutuhkan penanganan medis dengan segera karena dapat termasuk ke dalam kondisi serius. Bahkan, sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri merupakan penyakit menular yang perlu diwaspadai. Maka dari itu, penting bagi kita semua untuk mengenali tanda-tanda penyakit akibat bakteri sebagai langkah deteksi dini. Mari simak ulasan selengkapnya berikut ini.

Sepsis

Sepsis merupakan penyakit yang terjadi ketika sistem imun tubuh merespon secara tak terkendali terhadap infeksi bakteri. Akibatnya, zat antibodi yang dilepaskan dalam aliran darah untuk melawan infeksi justru akan menyebabkan peradangan. Jika sudah parah, sepsis dapat menyebabkan syok septik atau gangguan fungsi organ yang berisiko menyebabkan kematian.

Baca Juga : Fungsi dan Manfaat Pemasangan Ring Pada Jantung

Kondisi ini dapat dialami oleh siapa saja, namun lebih sering terjadi pada anak-anak, terutama bayi baru lahir dan bayi prematur karena daya tahan tubuhnya belum optimal. Beberapa gejala sepsis pada bayi yang perlu diwaspadai adalah muntah, penurunan nafsu makan atau minum ASI, demam, timbul ruam kemerahan, hingga kesulitan bernapas.

Tifus

Tifus atau demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Bakteri tersebut dapat menginfeksi penderita melalui makanan dan air yang terkontaminasi. Penyakit ini sering ditemukan di negara berkembang, terutama di daerah atau lingkungan dengan sanitasi yang kurang memadai. Meski dapat menyerang siapa saja, namun penyakit ini berisiko lebih tinggi dialami oleh seseorang dengan kondisi berikut:

  • Berusia di bawah 10 tahun.
  • Daya tahan tubuh lemah.
  • Tidak menjaga kebersihan.
  • Menggunakan alat makan yang sama dengan penderita tifus.

Sementara itu, sejumlah gejala yang dialami oleh penderita biasanya berupa nyeri perut, demam, mual, muntah, diare, nyeri otot, pusing, dan sebagainya.

Diare

Diare juga merupakan salah satu contoh penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri Salmonella dan E.colli. Diare termasuk dalam gangguan pencernaan yang biasanya ditandai dengan peningkatan frekuensi BAB, perubahan bentuk feses menjadi cair, dehidrasi, dan nyeri perut. Tidak hanya pada orang dewasa, diare juga dapat menyerang anak-anak termasuk bayi. Meski umumnya tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya, diare tetap perlu diwaspadai untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih serius. Untuk menghindari diare, Anda disarankan untuk selalu menerapkan pola hidup bersih, seperti mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir sebelum makan dan setelah dari toilet, membatasi konsumsi makanan penyebab diare, serta menyimpan makanan di tempat tertutup.

Disentri Basiler

Disentri basiler adalah gangguan pencernaan akibat infeksi bakteri Shigella, E.coli, atau Salmonella pada usus. Disentri basiler biasanya ditandai dengan beberapa gejala, seperti demam, mual, muntah, kram perut, serta diare yang disertai lendir atau darah. Disentri basiler merupakan penyakit menular yang dapat menyebar melalui makanan dan minuman yang kurang terjaga kebersihannya. Penyakit ini sering kali ditemukan pada anak-anak, terutama di negara berkembang, negara tropis, dan subtropis. Apabila tidak segera ditangani, disentri dapat menyebabkan komplikasi, seperti dehidrasi berat, abses pada organ hati, kejang, hingga kematian.

Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit yang menyerang sistem pernapasan ini bersifat menular dan dapat menyebar melalui droplet atau percikan ludah dari orang yang terinfeksi. Beberapa gejala yang muncul akibat tuberkulosis di antaranya sesak napas, batuk lebih dari dua minggu yang dapat disertai darah, hingga nyeri dada.

Pneumonia

Pneumonia adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumonia yang menyerang saluran pernapasan bawah. Kondisi ini menyebabkan area paru-paru dipenuhi oleh cairan, lendir, atau nanah sehingga mengakibatkan penderitanya mengalami kesulitan untuk bernapas. Pneumonia biasanya ditandai dengan demam tinggi, batuk, sesak napas, berkeringat, penurunan nafsu makan, detak jantung terasa cepat, hingga menggigil. Penyakit ini dapat terjadi pada siapa saja, namun seseorang dengan kondisi berikut berisiko lebih tinggi mengalami pneumonia, yaitu berusia di bawah 2 tahun, perokok aktif, lansia, memiliki riwayat asma, gagal jantung, dan penyakit kronis lainnya.

Fungsi dan Manfaat Pemasangan Ring Pada Jantung

Fungsi dan Manfaat Pemasangan Ring Pada Jantung

Fungsi dan Manfaat Pemasangan Ring Pada Jantung – Tersumbatnya pembuluh darah arteri yang menyuplai darah ke jantung menyebabkan banyak kematian dibanding masalah kesehatan lain. Kondisi yang disebut penyakit jantung koroner itu membutuhkan perhatian lebih karena masih menjadi ancaman kesehatan secara global. Ketika pemeriksaan oleh dokter spesialis jantung menemukan sumbatan atau penyempitan pembuluh darah, pasien harus menjalani prosedur medis untuk mengatasinya. Salah satunya dengan pasang ring jantung.

Efek Samping Pasang Ring Jantung yang Harus Diketahui – Pasang ring jantung merupakan tindakan untuk menangani pembuluh darah jantung yang tersumbat. Setelah pasang ring jantung, kemungkinan ada efek samping yang harus diwaspadai. Untuk diketahui, pemasangan ring jantung biasanya dilakukan pada pasien penderita penyakit jantung koroner. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengoptimalkan fungsi jantung. Pasca operasi selesai, dokter akan memberikan perintah tentang hal yang harus dilakukan dan dihindari untuk mengantisipasi efek samping setelah pemasangan ring jantung.

Baca Juga : Rumah Sakit Besar dengan Fasilitas Terbaik di DKI Jakarta

Fungsi Ring Jantung

Pasang ring jantung merupakan alternatif pengobatan yang efektif bagi penderita jantung koroner. Fungsinya adalah untuk melancarkan aliran darah dan oksigen dari jantung ke seluruh tubuh. Untuk kondisi jantung koroner, biasanya pembuluh darah akan mengalami penyumbatan karena adanya penumpukan plak kolesterol pada dinding arteri. Meski demikian, penderita jantung koroner tidak akan selalu membutuhkan pemasangan ring.

Tindakan ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien penderita penyakit jantung koroner, terutama jika sudah parah. Selain itu, prosedur ini  mungkin akan dilakukan pada pasien serangan jantung.  Tapi, dengan pemasangan ring tidak berarti penyakit jantung akan sembuh total dan tidak akan kambuh lagi. Butuh upaya untuk mengubah gaya hidup agar bisa pulih dari penyakit jantung. Upaya yang dapat dilakukan seperti, tidak merokok, menjaga berat badan tetap ideal, menjaga kadar kolesterol, gula darah, dan tekanan darah tinggi agar tetap optimal, dan berolahraga secara teratur.

Efek Samping Pasang Ring Jantung

Sama seperti jenis operasi lain, ada efek samping yang mungkin muncul pasca operasi ini. Biasanya, efek samping pasang ring jantung tidak perlu dikhawatirkan karena efek sampingnya lebih ringan dan dapat disembuhkan dengan mudah. Ini beberapa efek samping, yaitu:

Gangguan Irama Jantung (aritmia)

Risiko ini mempengaruhi sekitar 25 persen orang pasca pemasangan ring jantung yang dapat terjadi seiring waktu.  Sebanyak 1-2 persen orang harus mempunyai alat pacu jantung yang dipasang untuk mengendalikan detak jantung setelah menjalani operasi.

Masalah Ginjal

Mungkin ginjal tidak akan bekerja seperti biasanya selama beberapa hari pertama pasca pasang ring jantung. Pada beberapa kasus, mungkin akan dilakukan dialisis sementara. Pemasangan ring jantung jarang memiliki komplikasi yang berakibat fatal. Secara keseluruhan, risiko kematian karena operasi ini sekitar 1 persen bila terjadi banyak komplikasi.

Serangan Iskemik Transien atau Stroke

Pasang ring jantung juga dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke atau serangan iskemik transien. Kondisi tersebut ditandai dengan menyempitnya suplai darah dari jantung ke otak.

Ring Menjadi Aus

Risiko atau efek samping ini lebih mungkin akan terjadi kepada pasien yang sudah lama melakukan pemasangan ring jantung. Dalam waktu yang cukup lama, ring bisa menjadi aus. Jika begitu, maka Anda harus melakukan prosedur medis sekali lagi untuk mengganti ring lama dan menggunakan ring yang baru.

Infeksi

Kemungkinan akan timbul risiko infeksi luka, infeksi paru-paru, infeksi kandung kemih, serta infeksi katup jantung (endokarditis) pasca pasang ring jantung. Mungkin Anda akan diberi antibiotik untuk mengurangi risiko ini.

Pendarahan

Ring jantung dipasang untuk memperlancar aliran darah yang keluar masuk ke jantung, terkadang operasi juga dilakukan untuk menghentikan pendarahan berlebih karena pemasangan ring jantung.

Pembekuan Darah

Hal ini mungkin akan terjadi apabila Anda pernah melakukan penggantian katup jantung mekanis. Untuk mengatasi hal tersebut, Anda akan diberikan obat antikoagulan sejak awal apabila dokter mencurigai bahwa Anda berisiko mengalami pembekuan darah pasca operasi.

Inilah Penangan yang Cepat dan Tepat untuk Bayi Kuning

Inilah Penangan yang Cepat dan Tepat untuk Bayi Kuning

Inilah Penangan yang Cepat dan Tepat untuk Bayi Kuning – Bayi kuning terjadi akibat penumpukan bilirubin pada darah bayi. Bilirubin sendiri merupakan zat kuning yang dihasilkan dari proses penghancuran sel darah merah secara alami di organ hati. Bayi kuning sering dialami oleh bayi baru lahir karena fungsi organ hatinya belum optimal. Sebenarnya, bayi telah memiliki bilirubin sejak ia berada dalam kandungan yang dihasilkan oleh plasenta. Setelah lahir, bilirubin dari aliran darah bayi akan melalui proses penyaringan oleh hati dan dilepaskan ke saluran usus.

Baca Juga :  Inilah Penyakit Kronis yang Wajib di Waspadai

Namun, karena organ hati bayi belum berkembang dengan sempurna, sedangkan bilirubin yang dihasilkan lebih banyak, proses pembuangan bilirubin pun menjadi terhambat. Bayi kuning yang disebabkan oleh adanya peningkatan bilirubin ini sangat umum terjadi dan disebut juga dengan penyakit kuning fisiologis. Jika bayi kuning terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam setelah dilahirkan atau menetap setelah 2 minggu, diikuti dengan peningkatan kadar bilirubin yang cepat, yaitu lebih dari 5 mg/dL, kondisi ini disebut dengan penyakit kuning patologis.

Cara Tepat Mengatasi Bayi Kuning

Kebanyakan bayi kuning fisiologis tidak perlu terapi dan akan membaik dengan sendirinya. Namun, apabila bayi kuning menyebar ke bagian dada atau perut, dokter spesialis anak akan melakukan pengecekan pada kadar bilirubin bayi. Keputusan untuk sampai dilakukan terapi, berdasarkan pada kadar bilirubin dan maturitas bayi. Keputusan ini sebaiknya dibuat dengan bantuan dokter spesialis anak. Tak hanya itu, pemberian minum ASI juga harus dilakukan sesering mungkin (antara 8-12 kali sehari). Hal ini akan membantu bayi mengeluarkan bilirubin dari tubuh dan mencegahnya mengalami dehidrasi. Bila bayi belum dapat minum ASI, berikan saja susu formula sebanyak 30-60 mililiter setiap 2-3 jam untuk minggu pertama.

Kalau kondisi bayi kuning lebih berat, maka bayi mungkin membutuhakn terapi lainnya seperti fototerapi. Jenis terapi ini menggunakan cahaya untuk memecegah bilirubin pada tubuh bayi. Melalui fototerapi ini, bayi diletakkan pada tempat tidur khusus di bawah cahaya spectrum biru menggunakan popok saja dan mengenakan kacamata pelindung khusus. Selimut khusus mungkin juga diletakkan di bawah bayi. Biasanya fototerapi membutuhkan rawat inap di rumah sakit dan bayi prematur mungkin membutuhkan terapi lebih agresif lagi dibandingkan pada bayi yang lahir cukup bulan. Bayi dengan sakit kuning saat lahir memang terlihat mengkhawatirkan, karena dari segi fisiknya, kulit tubuhnya akan menjadi berwarna kuning. Namun bila menemukan anak Anda yang terkena sakit kuning, segerlah untuk mengkonsultasikan apa yang perlu diketahui dan lakukan dengan dokter spesialis anak.

Penyebab Bayi Kuning

Bayi kuning atau jaundice disebabkan oleh penumpukan bilirubin, dimana sel darah merah yang sudah tua tidak dipecah dan dibuang melalui buang air besar. Sehingga, kulit bayi terlihat kuning. Hal ini karena kerja hati bayi masih membutuhkan penyesuaian dalam tubuh pada usia 1-2 minggu.  Selain bilirubin yang berlebih, jaundice dapat disebabkan karena kondisi bayi seperti berikut:

1. Memiliki infeksi darah (Sepsis).

2. Kelebihan sel darah merah.

3. Memar pada bayi setelah melewati masa kelahiran yang sulit.

4. Golongan darah bayi berbeda dengan sang ibu.

5. Tingkat oksigen rendah (Hipoksia).

6. Gangguan pada hati, seperti atresia bilier pada aliran cairan empedu.

Durasi Bayi Kuning yang Tak Perlu Dikhawatirkan

Sebagian besar bayi kuning yang baru lahir akan hilang dalam waktu 2-3 minggu. Namun, apabila kondisi ini bertahan lebih dari 3 minggu, bisa jadi terdapat kondisi lain yang mendasarinya seperti inkompatibilitas sel darah, infeksi pada aliran darah, infeksi virus tertentu, abnormalitas enzim tertentu, dan abnormalitas membran sel darah merah. Sebenarnya, bayi baru lahir dengan normal bila mengalami kuning pada mata dan wajahnya. Jadi, Anda tak perlu khawatir berlebihan. Kondisi ini biasa terlihat pada hari kedua atau ketiga setelah bayi dilahirkan, yang disebut sebagai bayi kuning fisiologis.

Namun, bila pada hari pertama kehidupan bayi kuning terjadi pada dada atau perut, tandanya kadar bilirubin bayi lebih tinggi dari normal, sehingga patut untuk diwaspadai. Memang, peningkatan kadar bilirubin tidak menyebabkan masalah kesehatan yang cukup serius. Namun, pada kadar bilirubin yang sangat tinggi atau tidak berfungsinya terapi dapat menyebabkan hilangnya pendengaran dan kerusakan otak pada bayi baru lahir. Hal ini lebih berisiko terjadi pada bayi yang lahir prematur atau tidak cukup bulan.